BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis Penelitian Tindakan Kelas
Ada empat jenis PTK, yaitu:
1. PTK diasnogtik,
2. PTK partisipan,
3. PTK empiris, dan
4. PTK eksperimental (Chein, 1990).
Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK Diagnostik; Jenis Diagnostik maksudnya penelitian dilakukan untuk menuntun peneliti ke arah suatu tindakan karena suatu masalah yang terjadi, misalnya adanya konflik antar siswa di kelas, adanya pertengkaran di antara siswa dan sejenisnya.
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional.
Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
B. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3)
Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
1. Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
a) Perencanaan ( planning),
b) Aksi atau tindakan (acting),
c) Observasi (observing), dan
d) Refleksi (reflecting) (Lewin, 1990).
Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi :
a) Perencanaan (planning),
b) Pelaksanaan (implementing), dan
c) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996).
Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Acting
Planning Observating
Reflecting
Gmbr.1 Hubungan keempat komponen
2. Model Kemmis dan Mc. Taggart, Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart tidak terlalu berbeda dengan model Kurt Lewin. Dikatakan demikian karena di dalam satu siklus atau piutaran terdiri atas empat komponen seperti yang dilaksanakan Lewin. Keempat komponen tersebut adalah :
a) Perencanaan ( planning),
b) tindakan ( acting )
c) Observasi ( observation ), dan
d) refleksi ( reflection ).
Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi, diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus. Model Kemmis dan Taggart dapat dilihat pada Bagan 2.
Kemmis dan Taggart telah melakukan penelitian tindakan kelas, mengenai proses inkuari pada pelajaran sains. Ia memfokuskan pada strategi bertanya kepada siswa.
Keputusannya timbul dari pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan menghafal bukan dalam proses inkuari. Dalam diskusi, dipikirkannya cara untuk mendorong siswa berinkuari, apakah dengan mengubah kurikulum atau mengubah cara bertanya kepada siswa. Akhirnya diputuskan untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa menjawab pertanyaan. Semua kegiatan ini dilakukan pada tahap perencanaan. Pada kotak act (tindakan), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami dan apa yang mereka minati.
Gmbr. 2 Desain PTK Model Menurut Kemmis dan Taggart
Sumber: Hopkins (1993:48) dan Zainal Aqib (2006:23)
Pada kotak observasi, pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga mencatat dalam buku hariannya. Dalam kotak refleksi, ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan, sehingga tidak mencapai hasil yang baik dan perlu diperbaiki.
Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan memodifikasi dalam bentuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa. Pada tahap refleksi, ternyata siswa sulit dikendalikan. Kemmis merenung, apakah pelajaran dilanjutkan dengan probing atau menggunakan teknik lain.
Demikian permasalahan lanjutan terjadi, dan seterusnya harus kembali pada perencanaan.
3. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.
SIKLUS PELAKSANAAN PTK
Gmbr 3: Riset Aksi Model John Elliot
Atau bisa dengan contoh gambar siklus dibawah ini :
Gbr.4 Desain PTK Model Jhon Elliot
Sumber Hopkins (1993:49)
4. Model Dave Ebbutt
Sesudah Dave Ebbutt mempelajari model-model PTK yang dikemukakan para ahli PTK sebelumnya, dia berpendapat bahwa model-model PTK yang ada seperti yang diperkenalkan oleh John Elliot, Kemmis dan Mc Taggart, dan sebagainya dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi, tetapi dalam model-model tersebut masih ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat sehingga masih perlu dibenahi. Pada dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan yang diutarakan oleh Kemmis dan Elliot tetapi tidak setuju mengenai beberapa interprestasi Elliot mengenai karya Kemmis. Selanjutnya dikatakan pula olehnya tentang pandangan Ebbutt yang mengatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara baik untuk menggambarkan proses aksi refleksi (actionreflection).
Karena Dave Ebbutt merasa tidak puas dengan adanya model-model PTK yang hadir sebelumnya, kemudian dia memperkenalkan model PTK yang disusunnya sendiri. PTK model Dave Ebbutt ini secara skematis dapat dilihat digambar sebagai berikut:
Dari keempat model yang telah dipaparkan, pada dasarnya dalam PTK terdapat empat tahapan penting, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) refleksi. Ke empat tahapan tersebut dapat dilihat pada bagan 4 berikut.
Gmbr 5. Desain Penelitian Kelas Secara Umum
Dari desain yang dilukiskan pada bagan 4 di atas tampak bahwa penelitian kelas merupakan proses perbaikan secara terus menerus dari suatu tindakan yang masih mengandung kelemahan sebagaimana hasil refleksi menuju ke arah yang semakin sempurna. Penjelasan pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut.
1. Refleksi Awal
Refleksi awal dilakukan oleh peneliti berkolaborasi dengan partisipan (teman sejawat atau dari praktisi lain) mencari informasi untuk mengenali dan mengetahui kondisi awal dari permasalahan yang akan dicari solusinya. Refleksi awal dapat dilakukan dengan cara menelaah kekuatan atau kelemahan dari suatu proses pembelajaran yang telah dilakukan baik dari aspek diri sendiri, siswa, sarana belajar atau sumber/lingkungan belajar. Dari temuan-temuan awal, difokuskan pada identifikasi masalah yang nyata, jelas dan mendesak untuk dicari solusinya. Sebagai contoh, misalnya Anda telah mengajarkan kegiatan rancang bangun di SD pada siswa kelas 4 untuk menerapkan konsep perubahan energi. Setelah pembelajaran dilaksanakan ternyata, siswa sulit melakukan kegiatan perancangan suatu karya tersebut. Dalam hal ini, Anda dapat menelusuri beberapa penyebab kesulitan siswa dalam melakukan perancangan alat, melakukan pengkajian terhadap alur pbm yang sudah dilakukan, sarana yang diperlukan, alokasi waktu, atau pengetahuan dan keterampilan prasyarat yang diperlukan siswa.
2. Perencanaan Tindakan (planning)
Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan. Apabila peneliti telah yakin terhadap kebenaran rumusan masalah, maka selanjutnya adalah menyusun rencana tindakan yang meliputi :
• Penetapan bukti atau indikator untuk mengukur tingkat ketercapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya tindakan;
• Penetapan skenario tindakan-tindakan yang diharapkan dapat menghasilkan dampak ke arah perbaikkan program;
• Perencanaan metode dan alat untuk mengamati dan merekam/mendokumentasikan semua data tentang pelaksanaan tindakan; dan
• Perencanaan metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat dan kepentingan penelitian.
3. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rencana, yaitu melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang telah direncanakan pada tahap perancangan. Skenario tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Dalam waktu yang sama peneliti melakukan pengamatan dan interpretasi terhadap jalannya pelaksanaan tindakan itu.
4. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dan seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan. Sebenarnya observasi atau pengamatan tidak terpisah dengan pelaksanaan tindakan. Jadi observasi dan pelaksanaan dilakukan dalam waktu bersamaan.
5. Refleksi dan evaluasi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan suatu kriteria, misalnya kriteria efektivitas pengajaran mempunyai indikator penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan pencapaian hasil. Evaluasi dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif.
Pada tahapan refleksi dilakukan analisis data yang diperoleh dari dampak pelaksanaan tindakan dan hambatan yang muncul dan didiskusikan rencana berikutnya untuk memperbaiki hal-hal yang masih kurang.
Setelah melakukan observasi, refleksi, dan evaluasi biasanya muncul permasalahan baru atau pemikiran baru, sehingga peneliti merasa perlu melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang. Demikian langkah-langkah kegiatan PTK dalam siklus terus berulang, sehingga membentuk siklus kedua, ketiga, dan seterusnya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan isi makalah di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Jenis PTK itu ada empat, yaitu:
1. PTK Diagnostik;
2. PTK Partisipan;
3. PTK Empiris;
4. PTK Eksperimental;
Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
1. Model Kurt Lewin;
2. Model Kemmis dan Mc. Taggart,
3. Model John Elliot;
4. Model Dave Ebbutt
Dari keempat model tersebut, pada dasarnya dalam PTK terdapat empat tahapan penting, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) refleksi
Yang membedakan model satu dengan yang lainnya yaitu, pada model Kurt Lewin yaitu pada satu siklus terdiri dari perencanaan, aksi dan tindakan, observasi, dan revleksi, pada model Kemmis dan Mc. Taggart membuat strategi pertanyaan kepada siswa pada saat tindakan (acting) untuk mendorong siswa mengatakan apa yang mereka pahami dan apa yang mereka minati, pada model John Elliot untuk pembahasan dilakukan lebih dari satu kali (dilakukan beberapa siklus), sedangkan pada model Dave Ebbutt dilakukan secara lebih sistematis mulai dari ide umum, survai, rencana keseluruhan, tindakan 1, monitoring dan survai, dan mengulangnya kembali dari awal setelah melakukan revisi, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi,dkk (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Angkasa, Jakarta.
Aqib Zainal (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Yrama Widya, Bandung.
Wiriaatmaja Rachiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Rosda, Bandung
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas-part-ii/
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/02/penelitian-tindakan-kelas-jenis-jenis.html
http://118.98.216.59/subdom/modul/bahan/pend_ptk_2008/mdptk.htm
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar