Kamis, 02 Juli 2009

lumut kerak

lumut kerak

Anatomi Lumut Kerak


Anatomi Lumut Kerak Apabila kita sayat tipis tubuh lumut kerak, kemudian diamati di bawah mikroskop, maka akan terlihat adanya jalinan hifa/misellium jamur yang teratur dan dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu, yang terdapat disela-sela jalinan hifa. Secara garis besar susunan tubuh lumut kerak dapat dibedakan menjadi 3 lapisan.




1. Lapisan Luar (korteks)
Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh.
2. Lapisan Gonidium
Merupakan lapisan yang mengandung ganggang yang menghasilkan makanan dengan dengan berfotosintesis.
3. Lapisan Empulur
Tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada kelompok lumut kerak berdaun (feliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substirat atau dikenal sebagai rizoid.



lumut kerak

Morfologi Lumut Kerak



Pertumbuhan lumut kerak memperlihatkan beberapa macam bentuk morfologi yang berbeda, yang dikenal sebagai:
1. Foliose (bentuk daun)
Thallusnya berbentuk lembaran dan mudah dipisahkan dari substratnya. Membentuk bercak pada batu, dinding dan kulit kayu pohon tropika. Permukaan bawah melekat pada substrat dan permukaan atas merupakan tempat fotosintesis. Jenis ini tumbuh dengan garis tengah mencapai 15-40 cm pada lingkungan yang menguntungkan.
2. Crustose
Bentuknya datar seperti kerak. Tumbuh pada kulit batang pohon. Berbentuk seperti coret-coret kecil dan pada batang kayu yang sudah mati.
3. Squamulose
Campuran bentuk kerak dan daun.
4. Fruticose
Thallus tegak mirip perdu. Tumbuh menempel pada substrat oleh satu atau lebih akar. Beberapa jenis dari lumut ini mempunyai kandungan antibiotik dan anti kanker. Hidup bergelantungan di udara, menempel pada pohon-pohon di pegunungan.

5. Lumut Kerak Berfilamen
Lumut ini tampak seperti kapas wol. Tumbuh pada kulit kayu pohon dan perdu, berwarna jingga kekuningan atau hijau cerah.







Peran Lumut Kerak bagi manusia
Lumut kerak mampu hidup pada daerah bebatuan dan mampu merubah area tandus berbatu menjadi tempat yang digunakan
untuk tumbuh-tumbuhan lain.
Peran lumut kerak bagi manusia:
1. Sebagai tumbuhan perintis
2. Membantu siklus nitrogen
3. Sebagai indikator lingkungan
4. Peranan lain dari lumut kerak
Peranan lain dari lumut kerak adalah:
• Jenis ustenea dasypoga dan usnea miseminensis dapat dijadikan obat karena mengandung antikanker.
• Jenis Roccella tinctoria digunakan sebagai bahan dasar lakmus.
• Selain peran menguntungkan, ternyata lumut kerak juga dapat meruginan karena mampu merusak batuan pada peninggalan sejarah seperti candi Borobudur dan candi-candi lainnya.
Walaupun lumut kerak mampu hidup pada lingkungan ekstrim, tetapi lumut kerak sangat peka terhadap polusi. Oleh sebab itu lumut kerak dapat dijadikan indikator pencemaran udara, darat, hujan asam, logam berat, kebocoran radioaktif dan radiasi sinar. Ultra violet sebagai akibat penurunan ozon. Lumut kerak sangat peka terhadap pencemaranpaling rendah sekalipun. Jika pada suatu daerah tidak terdapat lumut kerak, memberikan petunjuk bahwa daerah itu telah terkena pencemaran.
Beberapa lumut kerak yang mengandung ganggang cyanophyta (cynobacterium) yang tumbuh tersebar di hutan tropika mampu hidup pada intensitas cahaya yang rendah dan yang lebih penting mereka dapat menggunakan nitrogen bebas (gas nitrogen) menjadi nitrogen organik (asam amino dan protein). Jadi lumut kerak cynobacterium dalam ekosistem membantu daur nitrogen yang berperan dalam persediaan pupuk alami pada ekosistem dasar hutan hujan.







Contoh-contoh lumut kerak
Secara struktural, tubuh tumbuhan sama dengan tubuh hewan, yaitu tersusun oleh berbagai jaringan dan organ yang saling mendukung untuk melangsungkan fungsi dan aktivitas hidup.
Apakah jaringan itu ? Jaringan yaitu sekumpulan sel yang mempunyai bentuk, fungsi, dan sifat-sifat yang sama. Jaringan-jaringan akan menyusun diri menjadi suatu pola yang jelas di seluruh bagian tumbuhan. Misalnya jaringan-jaringan yang berfungsi dalam pengangkutan air dan makanan akan membentuk suatu sistem pembuluh pengangkutan. Jaringan-jaringan tersebut akan menyusun organ tumbuhan yaitu organ akar, organ batang maupun daun.
lumut kerak

Lumut Kerak

Simbiosis mutualisme adalah hubungan antar organisme yang saling menguntungkan. Jamur pada lumut kerak berfungsi sebagai pelindung dan penyerap air serta mineral. Ganggang yang hidup di antara miselium jamur berfungsi menyediakan makan melalui fotosintesis.





Lumut kerak adalah organisme hasil
Simbiosis Mutualisma
Jamur pada lumut kerak tidak dapat hidup sendiri di alam. Bagaimana simbiosis jamur dan alga ini hidup di tempat ekstrim yang mahluk hidup lain tidak mampu hidup, bahkan jamur dan ganggang tersebut hidup terpisah? Lumut kerak mampu hidup subur pada suhu dan kelembaban yang ekstrim seperti gurun dan kutub. Populasinya tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di Indonesia lebih dari 1000 species yang diketahui dari - 2500 species yang ada.
lumut kerak

Reproduksi Lumut Kerak

Xanthoparmelia cf. lavicola, a foliose lichen, on basalt.

Usnea australis, a fruticose form, growing on a tree branch

Map lichen (Rhizocarpon geographicum) on rock

The cyanobacterium Hyella caespitosa with fungal hyphae in the lichen Pyrenocollema halodytes

Physcia millegrana (a foliose lichen), with an unlichenized polypore fungus (bottom right), on a fallen log.

Reindeer moss (Cladonia rangiferina)

Hypogymnia cf. tubulosa with Bryoria sp. and Tuckermannopsis sp. in the Canadian Rockies

Crustose lichens on limestone in Alta Murgia-Southern Italy

Cladonia cf. cristatella, a lichen commonly referred to as 'British Soldiers'. Notice the red tips.

Foliose lichens on rock growing outward and dying in the center. These lichens are at least several decades old.

Letharia sp. with Bryoria sp. on pine branches near Blackpine Lake, Washington

Xanthoria sp. lichen on volcanic rock in Craters of the Moon National Monument (Idaho, USA)

Lecanora cf. muralis lichen on the banks of the Bega canal in Timisoara

Tree covered with Yellow Lichen before and after treatment

Caloplaca marina, a marine lichen

Reproduksi Lumut Kerak Perkembangbiakan lumut kerak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu vegetatif dan generatif.
1. Reproduksi Vegetatif
Dilakukan dengan cara fragmentasi soredium. Jika Soredium terlepas, kemudian terbawa angin atau air dan tumbuh di tempat lain.
2. Reproduksi Genetatif
Reproduksi Generatif spora yang dihasilkan oleh askokarp atau basidiokarp, sesuai dengan jenis jamurnya. Spora dapat tumbuh menjadi lumut kerak baru jika bertemu dengan jenis alga yang sesuai. Sel-sel alga tidak dapat melakukan perkembangbiakan dengan meninggalkan induknya, melainkan hanya dapat berbiak dengan membelah diri dalam tubuh lumut kerak.
Soredium adalah Sekelompok jalinan hifa yang menyelubungi sel- sel alga.
Fragmentasi adalah terlepasnya bagian tubuh untuk menjadi organisme baru.

Selasa, 30 Juni 2009

ANAK CERDAS DAN KREATIF BERKAT ALUNAN MUSIK

ANAK CERDAS DAN KREATIF BERKAT ALUNAN MUSIK Musik tidak cuma merupakan materi hiburan yang memanjakan telinga. Alunan suara yang berirama ini bisa dimanfaatkan untuk merangsang janin agar kelak menjadi anak cerdas dan kreatif. Bahkan musik bisa dipakai untuk memutar janin sungsang kembali ke posisi normal. Sumber : Majalah Intisari Dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak seusianya, anak dari Ny. Ir. Catharina (30) jauh lebih baik. Ketika berusia dua bulan, anaknya sudah bisa tertawa terbahak-bahak. Di usia 3,5 bulan, sudah bisa melepas kacamata kakeknya. Bahkan, ketika umurnya menginjak empat bulan, sudah bisa bersalaman. Semua itu bukan tanpa sebab. Ketika hamil, Ny. Catharina ingat cerita orang tuanya bahwa musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak. Dari situlah ia lalu berusaha untuk selalu mendengarkan musik klasik. Dalam perjalanan ke kantornya, musik yang buat banyak orang terasa berat itu terus mengalun dari kaset di dalam mobilnya. Baginya mendengarkan musik klasik bukanlah kegiatan aneh apalagi membosankan karena kebetulan ia pencinta musik klasik. Ia justru terhibur di tengah-tengah kemacetan lalu lintas ibukota. Kedua belahan otak harus imbang
Mendengarkan musik klasik sebenarnya merupakan bagian dari beberapa stimulasi yang biasanya diberikan oleh ibu hamil kepada janin di dalam kandungannya. Demikian kata Prof. Dr. Utami Munandar dalam seminar "Pengaruh Mendengarkan Musik Klasik terhadap Janin dan Kehamilan", di Jakarta, November silam. Menurut guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, stimulasi tersebut meliputi stimulasi fisik-motorik dengan "mengelus-elus" jabang bayi melalui kulit perut sang ibu, stimulasi kognitif dengan berbicara dan bercerita kepada janin, dan stimulasi afektif dengan menyentuh perasaan bayi. Makin sering dan teratur perangsangan diberikan, makin efektif pengaruhnya. Pada janin, musik akan merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun. Namun, menurut dr. Jimmy Passat, ahli saraf dari FKUI-RSCM, dan Isye Widodo, S.Psi, koordinator Parent Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, intervensi ini haruslah seimbang. Orang tua sebaiknya tidak hanya menstimulasi kemampuan otak kiri, tetapi juga otak kanannya. Oleh para pakar, organ pengontrol pikiran, ucapan, dan emosi ini memang dibedakan atas dua belahan, kiri dan kanan, dengan fungsi berbeda. Otak kanan berkaitan dengan perkembangan artistik dan kreatif, perasaan, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, serta pengembangan kepribadian. Sementara otak kiri merupakan tempat untuk melakukan fungsi akademik seperti baca-tulis-hitung, daya ingat (nama, waktu, dan peristiwa), logika, dan analisis. Oleh karena itu, bila stimulasi dilakukan secara seimbang, diharapkan anak yang dilahirkan kelak tidak cuma memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi juga kreatif. Kalau dia pintar matematika, dia juga mampu berbahasa, menulis, dan mengarang dengan baik. Sementara itu bagi ibu hamil, musik - terutama yang klasik - bisa membebaskannya dari stres akibat kehamilan. Ini sangat baik sebab, menurut dr. Suharwan Hadisudarmo Sp.OG. MMR, stres yang tidak dikelola dengan baik, akan berdampak buruk bagi ibu yang bersangkutan dan perkembangan janin di rahimnya. Stres pada wanita hamil akan meningkatkan kadar renin angiotensin, yang memang sudah meningkat pada wanita hamil sehingga akan mengurangi sirkulasi rahim-plasenta-janin. Penurunan sirkulasi ini menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen kepada janin berkurang. Perkembangan janin pun terhambat. Hambatan macam ini bisa dihilangkan atau dikurangi bila si ibu mendengarkan musik klasik, terutama karya Mozart. Memang, tidak setiapibu hamil menyukai musik klasik. Namun, kalau didengarkan secara berulang-ulang hingga hafal, akan terasa letak indahnya musik klasik ini. Keindahan dan ketenangan inilah yang membuat musik klasik itu istimewa. Cukup 30 menit sehari
Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa pula dimanfaatkan untuk hal yang sama. Namun, hingga saat ini yang sudah diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik, terutama karya Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak belahan kanan dari janin. Menurut Suzuki (1987), seperti dikutip Utami, bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya. Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut dengan tenang pula. Bahkan, setelah dilahirkan mendengarkan musik klasik juga memberi pengaruh baik bagi si bayi. Sekadar contoh, seperti diberikan Utami, seorang bayi berusia tiga bulan, yang sejak lahir sering diputarkan musik klasik, mampu menggerakkan badannya sesuai dengan iramanya. Jika irama makin cepat menuju klimaks, gerakan bayi lebih cepat dan aktif, dan ketika musik berhenti dia menunjukkan ketidaksenangan. Sementara untuk merangsang belahan otak kiri yang bertanggung jawab terhadap kemampuan akademik, tambah Isye, musik dengan syair yang mendidik terbukti memberi pengaruh baik. "Saya menggunakan lagu-lagu anak-anak Indonesia. Itu merupakan eksperimen saya sendiri. Nah, intervensi yang saya gunakan selama ini ternyata ada gunanya. Bayi yang dilahirkan, ketika berusia dua tahun ternyata memiliki kemampuan komunikasi pasif dan aktif seperti anak usia empat tahun. Contoh lainnya, bayi berusia tiga bulan umumnya belum ada tanda-tanda mengeluarkan kata-kata ''a-e-o''. Tapi bayi yang, ketika masih dalam kandungan, mendapat terapi musik sudah bisa mengeluarkan kata-kata itu, kemampuan berbahasanya lebih cepat," ungkapnya. Isye juga menyatakan, lagu anak-anak yang dipilih untuk terapi cukup dua tiga lagu. Musik bersyair itu misalnya lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud atau Ibu Kasur. Menurut dia, Pelangi-Pelangi merupakan lagu paling disukai. "Pada akhir lagu itu ''kan ada syair ''... ciptaan Tuhan''. Jadi sejak janin, calon anak ini sudah mengenal kata Tuhan," jelasnya. Stimulasi perkembangan otak janin ini bisa dilakukan sejak usia kehamilan 18 - 20 minggu. Menurut Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, dan Jack A. Grebb, pada usia itu janin sudah dapat mendengar. Dia juga sudah bisa bereaksi terhadap suara dengan memberi respons berupa kontraksi otot, pergerakan, dan perubahan denyut jantung. Bahkan, pada usia itu perkembangan mental emosional janin sudah dapat dipengaruhi musik. Mendengarkannya bisa dilakukan di mana saja. Namun, untuk tujuan terapi sebaiknya dilakukan di tempat khusus untuk terapi dan dipandu oleh pakarnya. "Di tempat terapi ini akan tercipta suasana kebersamaan. Dengan kebersamaan itu, mereka bisa bertukar pengalaman dan sebagainya, sehingga saat menghadapi persalinan persiapan mental mereka sudah bagus dan rasa percaya dirinya juga bagus," jelas Isye. Di samping itu ibu hamil dianjurkan pula mendengarkan musik di rumah secara teratur. Dalam melakukan terapi musik, ibu hamil mesti melalui tahapan relaksasi fisik dan mental sebelum memasuki tahapan stimulasi terhadap janin. "Untuk mencapai rileks fisik saya memberikan relaksasi progresif di mana ibu-ibu mengendurkan dan mengencangkan otot-ototnya, mengatur pernapasan dan sebagainya. Setelah secara fisik rileks, baru memasuki relaksasi mental. Dalam relaksasi mental, saya mengucapkan kata-kata yang bersifat sugesti dan menguatkan. Jadi secara fisik mereka rileks, dan saya membawa mereka ke dalam suasana di mana mereka bisa melupakan semua konflik yang mereka rasakan sebelumnya. Mereka hanya berkonsentrasi untuk terapi. Pada saat diberi instruksi-instruksi untuk relaksasi, diperdengarkan alunan musik yang bisa membangkitkan perasaan rileks. Setela

Model-Model Pembelajaran yang Bermanfaat

merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.

Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
Metode Role Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:

Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.

1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:

1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:

1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

Langkah-langkah:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Kelebihan:

1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.

Kekurangan:

1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

Cooperative Script

Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Langkah-langkah:

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.

Kelebihan:

* Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
* Setiap siswa mendapat peran.
* Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Kekurangan:

* Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
* Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

Picture and Picture

Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.

Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.

Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.

Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.
Numbered Heads Together

Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.

Kelebihan:

* Setiap siswa menjadi siap semua.
* Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
* Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan:

* Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
* Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.

c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Metode Jigsaw

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.

Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Metode Team Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:

1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)

Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.

Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.

Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
Model Examples Non Examples

Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. KKesimpulan.

Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
Model Lesson Study

Lesson Study adalah suatu metode yang dikembankan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnyadisebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:

a. Perencanaan.

b. Praktek mengajar.

c. Observasi.

d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.

2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.

3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.

4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.

5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).

Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:

- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.

- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.

http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/
Model Pembelajaran ARIAS

Abstrak. Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS berisi lima komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction yang dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar.

Model ini sudah dicobakan di dua sekolah yang berbeda yaitu salah satu SD negeri di Kota Palembang (percobaan pertama) dan satu SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi Banyu Asin (percobaan kedua). Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil percobaan tersebut model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: motivasi berprestasi, hasil belajar siswa, ARIAS, kegiatan pembelajaran

1. Pendahuluan

Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Suatu tes terhadap sejumlah siswa SD dari berbagai kabupaten dan propinsi menunjukkan hasil belajar siswa sangat rendah (Lastri 1993:12). Nilai Ebtanas siswa SD dalam kurun waktu lima tahun terakhir (1993/1994 sampai dengan 1997/1998) menunjukkan hasil belajar yang kurang menggembirakan (Depdikbud, 1998).

Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan.

Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar dikembangkanlah suatu model pembelajaran yang disebut dengan model pembelajaran ARIAS. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa, telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ARIAS ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Tujuan percobaan lapangan ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar.

2. Kajian Teori dan Pembahasan

2.1 Model Pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).

Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.

Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.

2.2 Komponen Model Pembelajaran ARIAS

Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:

- Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa. Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.

- Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).

- Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.

- Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.

Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140).

Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:

- Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.

- Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.

- Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan (Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.

Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:

- Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.

- Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.

- Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.

- Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.

Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979:157). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:

* Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
* Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.
* Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
* Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.

Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561). Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979: merupakan suatu penguatan (reinforcement) dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil belajar siswa (Hilgard dan Bower, 1975: 561). Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain :

- Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non-verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya. Ucapan guru : “Bagus, kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali!”. Menganggukkan kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan, merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil melakukan suatu kegiatan. Ucapan yang tulus dan/atau senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

- Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan/keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi.

- Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.

- Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan/memerlukan bantuan.

2.3 Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS

Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan sejak guru atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai/bangga pada siswa. Guru atau pengembang sudah merancang urutan semua kegiatan yang akan dilakukan, strategi atau metode pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran apa yang akan dipakai, perlengkapan apa yang dibutuhkan, dan bagaimana cara penilaian akan dilaksanakan. Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi, kondisi dan lingkungan siswa. Demikian juga halnya dengan satuan pelajaran sebagai bahan/materi untuk siswa. Bahan/materi tersebut harus disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS. Bahasa, kosa kata, kalimat, gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, bahwa mereka mampu, dan apa yang dipelajari ada relevansi dengan kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan isi bahan/materi dapat membangkitkan minat/perhatian siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa merasa dihargai yang dapat menimbulkan rasa bangga pada mereka. Guru dan/atau pengembang agar menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, kata-kata yang jelas dan kalimat yang sederhana tidak berbelit-belit sehingga maksudnya dapat dengan mudah ditangkap dan dicerna siswa. Bahan/materi agar dilengkapi dengan gambar yang jelas dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat menimbulkan berbagai macam khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa lebih mudah memahami bahan/materi yang sedang dipelajari.

Siswa dapat membayangkan/mengkhayalkan apa saja, bahkan dapat membayangkan dirinya sebagai apa saja (McClelland, 1987: 29). Bahan/materi disusun sesuai urutan dan tahap kesukarannya perlu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan keingintahuan dan memungkinkan siswa dapat mengadakan evaluasi sendiri.

3. Hasil Percobaan di Lapangan

Model pembelajaran ARIAS telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Pertama model ini dicobakan kepada sejumlah siswa kelas V dari sebuah sekolah dasar (SD) Negeri di Kota Palembang selama satu caturwulan yaitu catur wulan III tahun ajaran 1995/1996. Sekolah ini diambil sebagai sampel secara acak sederhana dari sejumlah SD negeri setara di Kota Palembang yang memiliki kelas V paralel. Dari keseluruhan siswa SD ini diambil 60 orang siswa kelas V sebagai sampel yang dikelompokkan ke dalam empat kelompok, di mana masing-masing kelompok berjumlah 15 orang siswa. Sampel siswa ini juga diambil secara acak sederhana. Percobaan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Untuk memperoleh data yang diperlukan digunakan instrumen tes hasil belajar dan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANAVA—2 jalur dengan uji F pada taraf signifikansi a = 0,05.

Percobaan kedua juga menggunakan metode eksperimen dengan rancangan 2 x 2 dilaksanakan di SD yang berbeda, yaitu sebuah SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi Banyu Asin. Lama percobaan selama satu caturwulan yaitu catur wulan II tahun ajaran 1996/1997. Jumlah sampel sebanyak 80 orang siswa yang dikelompokkan ke dalam empat kelompok di mana masing-masing kelompok berjumlah 20 orang siswa. Baik sampel SD maupun sampel siswa diambil secara acak sederhana. Untuk memperoleh data yang diperlukan digunakan tes motivasi berprestasi. Data yang diperoleh juga dianalisis dengan ANAVA—2 jalur pada taraf signifikansi a = 0,05. Seperti halnya pada percobaan pertama, pada percobaan kedua ini juga dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji Lilliefors untuk normalitas dan uji Bartlett untuk homogenitas data.

Apakah motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran ARIAS lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti model pembelajaran non-ARIAS. Untuk itu baik pada percobaan pertama maupun pada percobaan kedua, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kontrol dan eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen dilaksanakan berdasarkan model pembelajaran ARIAS. Satuan pelajaran yang disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS disusun/dikembangkan oleh penulis. Pada kelompok kontrol kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan model pembelajaran non-ARIAS, dengan satuan pelajaran disusun oleh guru kelas bersangkutan. Pada kedua percobaan ini dilakukan pengontrolan validitas internal dan eksternal. Pengontrolan validitas internal adalah:

(1) Menyetarakan setiap kelompok pada awal percobaan dengan menganalisis skor tes awal setiap kelompok untuk menghindari efek pemilihan subjek yang berbeda;

(2) Menggunakan instrumen yang sama untuk tes akhir dan tes awal guna menghindari efek perbedaan instrumen pengukur;

(3) Mengusahakan agar tidak ada subjek yang mengundurkan diri selama penelitian berlangsung untuk menghindari efek kehilangan subjek dalam percobaan;

(4) Memberikan perlakuan yang relatif singkat, untuk menghindari efek pematangan dan efek tes awal. Pengontrolan validitas eksternal adalah:

1. Penentuan kelompok kontrol, kelompok eksperimen dan pemilihan guru yang memiliki kualifikasi setara ditetapkan secara acak;

2. Suasana belajar, situasi kelas, dan kondisi setiap kelompok semua sama seperti hari-hari belajar biasa, kecuali penggunaan model pembelajaran ARIAS pada kelompok eksperimen, untuk menghindari efek lingkungan yang dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan dari siswa;

3. Selama percobaan siswa tidak diberitahu bahwa sedang ada penelitian untuk menghindari efek Howthorne dan John Henry.

Hasil ANAVA menunjukkan bahwa pada percobaan pertama Fo=10,74 jauh lebih besar dari Ft=4,02 pada taraf signifikansi a = 0,05, dan perbedaan rerata skor antara kedua kelompok XA=78,80 > Xn-A=75,93 (Sopah, 1999: 120 – 121). Hasil ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran ARIAS lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti model pembelajaran non-ARIAS. Pada percobaan kedua Fo=8,44 lebih besar dari Ft=3,96 pada taraf signifikansi a = 0,05, dan perbedaan rerata skor antara kedua kelompok adalah XA=18,55 > Xn-A=15,98 (Sopah,1998: 99-100). Hasil ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa yang mengikuti model pembelajaran ARIAS lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti model pembelajaran non-ARIAS.

Hasil kedua percobaan menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar. Motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran ARIAS lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti model pembelajaran non-ARIAS.

4. Penutup

Dari hasil kedua percobaan lapangan tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh guru sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Meskipun percobaan lapangan ini menunjukkan hasil positif namun kedua percobaan ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

Dari hasil kedua percobaan lapangan tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran dapat digunakan oleh guru sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Meskipun percobaan lapangan ini menunjukkan hasil positif namun kedua percobaan ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

- Percobaan ini dilakukan dengan mengambil sampel salah satu SD negeri di Kota Palembang (percobaan pertama) dan satu SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi Banyu Asin (percobaan kedua). Walaupun sampel ini diambil secara acak, namun jumlahnya sangat terbatas, sehingga hasilnya belum tentu dapat digeneralisasikan ke wilayah yang lebih luas. Untuk itu, perlu penelitian sejenis lainnya dengan sebaran dan wilayah sampel yang lebih luas. Dengan dukungan hasil penelitian sejenis ini maka diharapkan dapat merupakan bahan pertimbangan penggunaan model pembelajaran ARIAS di Sekolah Dasar.

- Waktu yang digunakan untuk percobaan ini juga terbatas. Percobaan hanya berlangsung selama satu catur wulan. Karena waktunya terbatas, maka bahan atau materi yang diberikan juga terbatas, belum begitu banyak. Meskipun dalam percobaan ini telah dilakukan pengendalian secara cermat, namun karena terbatasnya waktu dan bahan yang diberikan kemungkinan adanya pengaruh variabel lain yang tidak terkendali dapat terjadi. Untuk itu, perlu adanya penelitian lanjutan yang waktunya lebih lama, bahan/materi yang diberikan lebih banyak, sehingga dapat lebih mencerminkan bahwa model pembelajaran ARIAS dapat mempengaruhi hasil belajar siswa atau tidak.

- Bidang studi yang digunakan terbatas pada satu bidang studi bahkan satu subbidang studi. Hasil baik yang diperoleh dalam subbidang studi ini belum tentu memberikan hasil yang sama pada bidang studi lain. Karena itu juga perlu adanya penelitian sejenis lainnya pada berbagai bidang studi, sehingga dapat mencerminkan besarnya pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar siswa.

- Dalam percobaan ini satuan pelajaran yang disusun menurut model pembelajaran ARIAS, baik untuk pegangan guru maupun sebagai bahan/materi bagi murid disusun oleh penulis. Satuan pelajaran menurut model pembelajaran ARIAS ini dicobakan dan ternyata hasilnya baik. Hasil baik ini mungkin perlu didukung oleh penelitian sejenis lainnya di mana satuan pelajaran menurut model pembelajaran ARIAS disusun oleh guru bersangkutan. Dengan demikian akan terlihat apakah memang satuan pelajaran menurut model pembelajaran ARIAS yang disusun oleh guru dengan berbagai macam keterbatasannya juga akan mencapai hasil yang lebih baik.

Pustaka Acuan :

Beard, Ruth M. dan Senior, Isabel J. 1980. Motivating students. London: Routledge and Kegan Paul Ltd.
Bloom, Benjamin S.1982. Human characteristics and school learning. New York: McGraw-Hill Book Company.
Bohlin, Roy M. 1987. Motivation in instructional design: Comparison of an American and a Soviet model, Journal of Instructional Development vol. 10 (2), 11-14.
Callahan, Sterling G. 1966. Successful teaching in secondary schools. Chicago: Scott, Foreman and Company.
Davies, Ivor K. 1981. Instructional technique. New York: McGraw Hill Book Company.
DeCecco, John P. 1968. The psychology of learning and instructions: Educational psychology. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Laporan EBTANAS SD. Palembang: Depdikbud Kodya Palembang.
Dick, Walter dan Reiser, Robert A. 1989. Planning effective instruction. Boston: Allyn and Bacon.
Gagne, Robert M, dan Briggs, Leslie J. 1979. Principles of instructional design. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Gagne, Robert M. dan Driscoll, Marcy P. 1988. Essentials of learning for instruction. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice-Hall, Inc.
Hendorn, James N. 1987. Learner interests, achievement, and continuing motivation in instruction, Journal of Instructional Development, Vol. 10 (3), 11-14.
Hilgard, Ernest R. dan Bower, Gordon H. 1975. Theories of learning. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.
Hopkins, Charles D. dan Antes, Richard L. 1990. Classroom measurement and evaluation. Itasca, Illinois: F.E. Peacock Publisher, Inc.
Keller, John M. 1983. Motivational design instruction dalam Charles M Reigeluth (ed.), Instructional design theories and models, 383-430. Hillsdale, NJ.: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
________ 1987. Development and use of ARCS model of instructional design, Journal of Instructional Development, Vol. 10 (3), 2-9.
Keller, John M. dan Thomas W. Kopp. 1987. An application of the ARCS model of motivational design, dalam Charles M. Reigeluth (ed), Instructional theories in action, 289-319. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Lastri, M.T.F. 1993. Kemampuan murid SD memprihatinkan, Kompas, 14 Juli, 12.
Lefrancois, Guy R. 1982. Psychology for teaching. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company.
McClelland, David C. 1987. Memacu masyarakat berprestasi. Terjemahan Siswo Suyanto dan W.W. Bakowatun. Jakarta: CV. Intermedia.
Morris, William (ed) 1981. The American heritage dictionary of English language. Boston: Houghton Miflin Company. Petri, Herbert L. 1986. Motivation: Theory and research. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company.
Prayitno, Elida 1989. Motivasi dalam belajar. Jakarta: PPPLPTK.
Reigeluth, Charles M. dan Curtis Ruth V. 1987. Learning situations and instructinal models, dalam Robert M. Gagne (ed.), Instructional technology foundations, 175-206. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Semiawan, Conny R. 1991.
Strategi pembelajaran yang efektif dan efisien dalam Conny R. Semiawan dan Soedijarto (ed.), Mencari strategi pengembangan pendidikan nasional menjelang abad XXI, 165-175. Jakarta: Grasindo. Soekamto, Toeti 1994. Evaluasi diri demi peningkatan mutu pendidikan. Pidato pengukuhan guru besar tetap Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta, 30 Juli.
Sopah, Djamaah 1998. Studi tentang model peningkatan motivasi berprestasi siswa, Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya.
________ 1999. Pengaruh model pembelajaran ARIAS dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa, Disertasi. Jakarta: PPS-IKIP Jakarta.
Suryabrata, Sumadi 1982. Psikologi pendidikan: Materi pendidikan program bimbingan konseling di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Depdikbud.

Berikut > Galaksi Bimasakti Terancam Ditabrak Awan Raksasa

Gumpalan awan raksasa yang mengandung gas
hidrogen dalam volume sangat besar tengah melesat mendekati piringan Galaksi
Bima Sakti, tempat tata surya kita berada. Tabrakan dahsyat yang diperkirakan
terjadi antara 20-40 juta tahun lagi akan menghasilkan kembang api spektakuler
di langit. Objek tersebut diberi nama Awan Smith, diambil dari nama Gail Smith,
seorang astronom AS yang mendeteksinya pertama kali pada tahun 1963 saat
meneliti di Universitas Leiden, Belanda.
Sejak ditemukan, para astronom masih berdebat apakah awan tersebut benar-benar
mendekati galaksi Bimasakti atau menjauhinya. Rekaman data yang ada selama ini
masih terbatas dan tidak jelas apakah objek tersebut bagian dari kabut
Bimasakti atau masih bergerak ke arahnya. Sejauh ini, para peneliti hanya
mendeteksi gas dan tidak ada satupun bintang di dalamnya. Satu-satunya cara
melihtanya adlah dengan teleskop radio karena gas dingin tidak memancarkan
cahaya, tetapi memantulkan gelombang radio.
Jika dilihat dari Bumi, lebar gumpalan awan
tersebut sebanding dengan 30 kali lebar Bulan. Dari kepala ke ujung ekornya
cukup untuk menyelimuti rasi bintang Orion. Hasil pengamatan baru menggunakan
teleskop radio terkendali paling besar di dunia, Teleskop Green Bank (GBT) di
Virginia Barat, AS,
menunjukkan bahwa objek tersebut bergerak ke arah galaksi Bimasakti. Bahkan,
seperti dilaporkan gabungan tim astronom dari Observatorium Astronomi Radio
Nasional AS (NRAO) dan Universitas Winconsin Whitewater dalam pertemuan
Masyarakat Astronomi Amerika ke-211 di Austin, Texas
baru-baru ini, gaya dorongnya telah
menyentuh kabut Bimasakti. "Jika tabrakan terjadi, hal tersebut akan
memicu lahirnya formasi bintang-bintang baru. Akan banyak bintang raksasa yang
terbentuk, berumur pendek, dan meledak sebagai supernova yang memancarkan
cahaya menyilaukan," ujar Ketua tim peneliti, DR. Felix Lockman, dari
NRAO. Sebab, Awan Smith membawa energi sangat besar berupa gas hidrogen yang
cukup untuk membentuk jutaan bintang seukuran Matahari. Awan Smith merupakan
gumpalan gas yang berukuran panjang mencapai 11.000 tahun cahaya dan lebar
2.500 tahun cahaya. Objek tersebut saat ini berada 40.000 tahun cahaya dari
Bumi dan 8.000 tahun cahaya dari piringan Bimasakti.
Objek yang pantas disebut kabut monster di ruang
kosmos ini bergerak dengan kecepatan 240 kilometer perdetik dan diperkirakan
menabrak piringan galaksi Bimasakti dengan kemiringan 45 derajat. Tabrakan akan
terjadi di pinggir piringan Bimasakti yang jarak ke pusatnya hampir sama dengan
jarak tata surya kita ke pusat galaksi. Namun, posisinya jauh dari tata surya
kita, diperkirakan berjarak 90 derajat terhadap pusat piringan. "Kami
tidak tahu dari mana asalnya, apalagi orbitnya membingungkan, namun kami
katakan bahwa ia mulai berinteraksi dengan bagian terluar Bimasakti,"
tandas Lockman.

Sabtu, 13 Juni 2009

Artikel Kesehatan - Prebiotik ASI tingkatkan imunitas Balita

Artikel Kesehatan - Prebiotik ASI tingkatkan imunitas Balita

Riset terkini pada komposisi karbohidrat ASI oleh beberapa ahli kesehatan anak di dunia menyimpulkan ASI memiliki kandungan kaya oligosakarida. Fructo-oligosakarida (FOS) atau galacto-ologisakarida (GOS) adalah perpaduan komposisi oligosakarida atau karbohidrat rantai sedang. Perpaduan ini mampu meningkatkan imunitas.
Perpaduan FOS/GOS dengan ratio 10% FOS dan 90% GOS mampu menstimulasi perkembangbiakan bakteri menguntungkan atau non pathogen di usus. Perkembangbiakan bakteri ini mengakibatkan penyerapan makanan menjadi lebih baik dan mampu meningkatkan imunitas. Melalui sebuah studi klinis, secara efektif terbukti perpaduan FOS/GOS memperkuat daya tahan tubuh secara alami.

Balita yang diberi ASI pada saluran pencernaannya didominasi oleh bakteri bifidus dan laktobacillus. Kedua bakteri ini menguntungkan usus besar. Dominasi bakteri ini terjadi karena adanya prebiotik dalam ASI. Inilah penjelasan Prof Guido E Moro, Kepala Departemen Neonatal dari Macedonia Melloni Maternity Hospital, Italia dalam acara Nutrisia Media Updater yang diselenggarakan di Pearl Resto, Hotel JW Marriott, Jakarta, Senin (16//5/2005).

FOS/GOS memiliki fungsi penting bagi kesehatan bayi. Selain meningkatkan jumlah bakteri bifidus dan laktobacillus, FOS/GOS juga menekan pertumbuhan bakteri patogen, meningkatkan daya tahan saluran cerna, mencegah sembelit, dan membuat penyerapan makanan menjadi lebih baik.

Lebih lanjut Prof Dr Guido E Moro menjelaskan, studi klinis bertahun-tahun telah dilakukan di Eropa berusaha untuk menemukan komposisi yang mampu menyerupai susunan prebiotik dalam ASI ini. Kemiripan dapat dicapai setelah didapatkan komposisi penambahan FOS/GOS dengan rasio 10% FOS dan 90% GOS pada susu formula 8 gram per liter.

Sementara itu, Prof Agus Firmansyah, MD, PhD dari Bagian Gastrohepatologi Kesehatan Anak FKUI, panelis lain dalam diskusi ini, memberi penjelasan perbedaan probiotik dan prebiotik serta manfaatnya. Dia menyebutkan probiotik adalah kuman "baik" yang bila dikonsumsi akan berkembangbiak dalam usus dan memberi dampak kesehatan. Sedang prebiotik dia sebut sebagai bahan sejenis karbohidrat yang disebut olisakarida yang memberi dampak penambahan kuman pada probiotik.

Kuman probiotik yang telah diteliti antara lain lactobacillus, bifidobacterium, dan saccharomyces. Penelitian sahih telah membuktikan probiotik dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan diare akut yang disebabkan infeksi usus. Riset lain juga telah membuktikan probiotik mencegah alergi kulit (dermatitis atopik) dan tidak tahan gula susu atau intoleransi laktosa.

Oleh karena itu, Nutricia sebagai spesialis makanan bayi, menyempurnakan formula produknya mendekati kandungan yang terdapat dalam ASI. Suplemen prebiotik FOS/GOS ditambahkan pada formula Nutrilon Royal, salah satu produk yang kini telah beredar di pasaran. Produk ini merupakan susu dengan nutrisi paling lengkap dan seimbang untuk bayi maupun balita usia 0 sampai 3 tahun.

"ASI merupakan nutrisi paling sempurna," kata Rob Versloot, Presiden Direktur PT Nutricia Indonesia. "Namun, tidak semua ibu dapat memberikan ASI dan tidak semua susu fomula memiliki komposisi prebiotik yang efisien. Penambahan suplemen FOS/GOS sebagai usaha menyempurnakan formula Nutrilon Royal agar dapat mendekali fungsi ASI sehingga anak tumbuh menjadi sehat," Rob Versloot menambahkan.

Artikel Kesehatan - Prebiotik ASI tingkatkan imunitas Balita

Artikel Kesehatan - Prebiotik ASI tingkatkan imunitas Balita

Riset terkini pada komposisi karbohidrat ASI oleh beberapa ahli kesehatan anak di dunia menyimpulkan ASI memiliki kandungan kaya oligosakarida. Fructo-oligosakarida (FOS) atau galacto-ologisakarida (GOS) adalah perpaduan komposisi oligosakarida atau karbohidrat rantai sedang. Perpaduan ini mampu meningkatkan imunitas.
Perpaduan FOS/GOS dengan ratio 10% FOS dan 90% GOS mampu menstimulasi perkembangbiakan bakteri menguntungkan atau non pathogen di usus. Perkembangbiakan bakteri ini mengakibatkan penyerapan makanan menjadi lebih baik dan mampu meningkatkan imunitas. Melalui sebuah studi klinis, secara efektif terbukti perpaduan FOS/GOS memperkuat daya tahan tubuh secara alami.

Balita yang diberi ASI pada saluran pencernaannya didominasi oleh bakteri bifidus dan laktobacillus. Kedua bakteri ini menguntungkan usus besar. Dominasi bakteri ini terjadi karena adanya prebiotik dalam ASI. Inilah penjelasan Prof Guido E Moro, Kepala Departemen Neonatal dari Macedonia Melloni Maternity Hospital, Italia dalam acara Nutrisia Media Updater yang diselenggarakan di Pearl Resto, Hotel JW Marriott, Jakarta, Senin (16//5/2005).

FOS/GOS memiliki fungsi penting bagi kesehatan bayi. Selain meningkatkan jumlah bakteri bifidus dan laktobacillus, FOS/GOS juga menekan pertumbuhan bakteri patogen, meningkatkan daya tahan saluran cerna, mencegah sembelit, dan membuat penyerapan makanan menjadi lebih baik.

Lebih lanjut Prof Dr Guido E Moro menjelaskan, studi klinis bertahun-tahun telah dilakukan di Eropa berusaha untuk menemukan komposisi yang mampu menyerupai susunan prebiotik dalam ASI ini. Kemiripan dapat dicapai setelah didapatkan komposisi penambahan FOS/GOS dengan rasio 10% FOS dan 90% GOS pada susu formula 8 gram per liter.

Sementara itu, Prof Agus Firmansyah, MD, PhD dari Bagian Gastrohepatologi Kesehatan Anak FKUI, panelis lain dalam diskusi ini, memberi penjelasan perbedaan probiotik dan prebiotik serta manfaatnya. Dia menyebutkan probiotik adalah kuman "baik" yang bila dikonsumsi akan berkembangbiak dalam usus dan memberi dampak kesehatan. Sedang prebiotik dia sebut sebagai bahan sejenis karbohidrat yang disebut olisakarida yang memberi dampak penambahan kuman pada probiotik.

Kuman probiotik yang telah diteliti antara lain lactobacillus, bifidobacterium, dan saccharomyces. Penelitian sahih telah membuktikan probiotik dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan diare akut yang disebabkan infeksi usus. Riset lain juga telah membuktikan probiotik mencegah alergi kulit (dermatitis atopik) dan tidak tahan gula susu atau intoleransi laktosa.

Oleh karena itu, Nutricia sebagai spesialis makanan bayi, menyempurnakan formula produknya mendekati kandungan yang terdapat dalam ASI. Suplemen prebiotik FOS/GOS ditambahkan pada formula Nutrilon Royal, salah satu produk yang kini telah beredar di pasaran. Produk ini merupakan susu dengan nutrisi paling lengkap dan seimbang untuk bayi maupun balita usia 0 sampai 3 tahun.

"ASI merupakan nutrisi paling sempurna," kata Rob Versloot, Presiden Direktur PT Nutricia Indonesia. "Namun, tidak semua ibu dapat memberikan ASI dan tidak semua susu fomula memiliki komposisi prebiotik yang efisien. Penambahan suplemen FOS/GOS sebagai usaha menyempurnakan formula Nutrilon Royal agar dapat mendekali fungsi ASI sehingga anak tumbuh menjadi sehat," Rob Versloot menambahkan.

Artikel Limbah - Daur Ulang Limbah Minyak Goreng menjadi bahan bakar bio-Diesel

1. Pendahuluan

Limbah minyak goreng nabati yang dibuang dari industri pengolahan makanan dan pedagang makanan serta rumah tangga di Jepang diperkirakan 400.000 ton per tahun. Limbah minyak goreng yang dikeluarkan dari industri pengolahan makanan dan pedagang makanan dikumpulkan oleh perusahaan pengumpul dan kemudian didaur ulang menjadi sabun, cat dan pakan hewan. Waktu itu limbah minyak goreng di rumah tangga dibuang sebagai sampah umum, akan tetapi akhir-akhir ini telah terdapat kesadaran perlindungan lingkungan hidup dan kesadaran daur ulang serta penggunaan kembali sumber bahan alam. Saat ini terdapat perkembangan pergerakan masyarakat untuk mendaur ulang limbah minyak goreng yang berasal dari rumah tangga menjadi Bio-diesel Fuel(BDF) atau bahan bakar bio-diesel.

Sebagai salah satu usaha pencegahan pemanasan bumi, penggunaan bahan bakar berbasis biomass telah dicanangkan di beberapa tahun terakhir sebagai isu penting. Penyebaran teknologi penggunaan bahan bakar minyak nabati akan meningkat pada tahun-tahun belakangan ini dan telah menjadi kenyataan dan akhirnya banyak memverifikasi teknologi maju ini dan memperkenalkannya secara luas. Dan juga dikembangkan emisi zero pada limbah makanan, hal ini akan membantu penurunan emisi CO2 atau karbon dioksida dan penanggulangan pemanasan bumi. Sementara ini banyak rujukan tentang kajian biomass dan bahan bakar bio-ethanol, penelitian ilmiah sosial pada bahan bakar bio-diesel telah digalakan di Jepang. Disini dibahas daur ulang limbah minyak goreng dan penggunaan bahan bakar bio-diesel dalam bidang pertanian dalam arti luas.

2. Pengumpulan minyak goreng bekas dari industri makanan

Pembuangan limbah minyak goreng sebagian besar berasal dari minyak goreng nabati, total limbah tersebut di Jepang diperkirakan sebanyak 410.000 ton per tahun. Kurang lebih sebanyak 260.000 ton berasal dari para pengelola atau pedagang makanan seperti pabrik makanan, restoran dan pabrik tahu, sedangkan separuh lainnya 250.000 ton berasal dari limbah rumah tangga. Limbah minyak goreng berasal dari pedagang makanan dikumpulkan oleh pedagang pengumpul minyak goreng bekas. Sementara yang beasal dari rumah tangga dikumpulkan sebagian dengan alasan peningkatan kesadaran lingkungan hidup, akan tetapi kebanyakan dari limbah tersebut telah memadat dan dibuang dengan cara yang sama seperti sampah dapur lainnya.

Limbah minyak goreng sebanyak 260.000 ton yang dikumpulkan dari pedagang makanan di daur ulang untuk bahan dasar sabun, pupuk, pakan hewan dan cat. Pada tahun 2002 sebanyak 20.000 ton limbah minyak goreng digunakan untuk membuat bahan bakar bio-diesel dan boiler dan sebanyak 400.000 ton digunakan sebagai bahan baku untuk industri sabun, minyak dan cat, dan sekitar 200.000 ton untuk pakan hewan. Pada tahun yang sama sekitar 10.000 ton limbah minyak goreng dari rumah tangga didaur ulang untuk tujuan industri dan pembuatan bahan bakar.

Dari beberapa daerah telah terjadi peningkatan kesadaran bersama dalam pengumpulan dan pendaur-ulangan limbah minyak goreng ini sehingga pada tahun 2006 telah peningkatan menjadi 20.000 – 30.000 ton. Maka dari itu kemungkinan limbah minyak goreng yang dapat dikumpulkan menjadi 100.000 ton per tahun. Minyak ini dapat didaur ulang dengan memisahkan minyak hewani dan bahan tambahan lainnya dengan cara memanaskannya di sebuah oven reaktor untuk mendehidrasinya dan menambahkan methanol (methyl alcohol), sebagai katalis. Lalu akan diperoleh methyl ester dan gliserin.

3. Kegiatan percontohan di Kyoto

Kota Tokyo tempat dimana dilahirkannya Kyoto Protocol pada tahun 1997, telah bekerja meminimalkan turunan sampah dan mendaur ulang limbah minyak goreng melalui kerjasama antara pemerintah setempat dengan masyarakatnya. Pada bulan November 1996 “Kyoto Minicipal Council for Promotion of Garbage Reduction” telah didirikan oleh penduduk, pedagang, dan pemerintah setempat. Dengan menggerakan penduduk yang berdedikasi di berbagai daerah, pemerintah setempat telah mengumpulkan 13.000 liter limbah ninyak goreng dari rumah tangga dalam waktu setahun dan juga setiap tahun telah membeli limbah minyak goreng yang berasal dari pabrik pengolah makanan, restoran dsb sekitar 1.400.000.000 liter dari pedagang pengumpul. Kemudian Kyoto setiap tahunnya memproduksi bahan bakar bio-diesel berasal dari 1,5 juta liter limbah minyak goreng yang dikerjakan di tempat produksi bio-diesel berlokasi di Fushimi-ku, Kyoto. Kyoto menggunakan bahan bakar bio-diesel (kemurnian 100%) sebagai bahan bakar untuk 220 truk sampah. Pada bulan April 2000, telah dimulai penggunaan bahan bakar campuran 20% bakar bio-diesel untuk bahan bakar sekitar 80 bus kota. Menurut Bidang Perencanaan Daur Ulang, Biro Lingkungan Hidup, Pemerintah Derah Kyoto, tidak ada prefektur lain yang menggunakan bahan bakar bio-diesel sebanyak 300 kendaraan, Kota Kyoto merupakan kota yang paling banyak menggunakan bahan bakar bio-diesel di Jepang.

4. Penggunaan bahan bakar bio-diesel di Pertanian dan perikanan

Penggunaan bahan bakar bio-diesel untuk kapal penangkap ikan, traktor pertanian, belum dilaksanakan secara besar-besaran. Beberapa telah dilaksanakan, sebagai contoh penggunaan bahan bakar bio-diesel oleh kapal penangkap ikan lokal “Kakezu-Maru", jaringan penangkap ikan yang dipunyai oleh Mr. Yosuke Matsuo, seorang anggota Koperasi Nelayan Kota Amino, Kyotango, Prefektur Kyoyo. Sejak Mei 2006, Mr. Matsuo telah mencoba menggunakan bahan bakar yang berasal dari limbah minyak goreng untuk kapalnya. Untuk wilayah ini kegiatan pengumpulan limbah minyak goreng telah dimulai. Dia penggerak kampanye lingkungan hidup di wilayahnya sebagai presiden “Council for Protection of Nakisuna ((Quartz sand) on the Kotohikihama Beach” di Amino-machi. Hal penting yang perlu dicatat bahwa bahan bakar bio-diesel merupakan bahan bakar ramah lingkungan yang dapat membantu penurunan emisi karbon dioksida dan sulfur oksida. Maka dari itu Mr. Matsuo telah memutuskan untuk menggunakan bahan bakar tersebut untuk menggerakan mesin kapalnya. Kakezu-Maru biasa menempuh jarak antara Pelabuhan Ikan Asamogawa ke penempatan jaring ikan yang berjarak sekitar 1,5 km dari garis pantai. Dia juga dapat menggunakan bahan bakar bio-diesel sama seperti menggunakan bahan bakar umum sebelumnya.

Penggunaan bahan bakar bio-diesel untuk traktor pertanian dapat dilihat pada projek “Nanohana Eco-life Network” di Shin Aashi dan Aito, Prefektur Shiga dan juga di Yokohama, Prefektur Aomori, Kanayama, Prefektur Yamagata dan Kita, Prefektur Akita. Di daerah tersebut bahan bakar Bio-diesel diproduksi menggunakan minyak bijian dan limbah minyak goreng.

5. Promosi bahan bakar bio-diesel

Sangat perlu pulikasi penggunaan bio-diesel kepada masyarakat sebagai bahan pendidikan makanan, pertanian, lingkungan hidup, untuk keselamatan manusia dan bumi. Pengembangan metoda daur ulang dan sistem sosial lingkungan hidup yang berkelanjutan akan menyumbangkan penurunan emisi karbon dioksida dan pencegahan pemanasan bumi. Yang diperlukan pertama kali adalah menarik perhatian pemerintah pusat dan daerah, sekolah dan persatuan orang tua murid, masyarakat pertanian dan perikanan, koperasi konsumen dan penduduk dalam membangun sistem sosial untuk penggunaan limbah minyak goreng.

Praktek yang menarik dalam rangka penggunaan limbah minyak goreng : 1. Kegiatan yang dilakukan oleh NPO, pengumpul limbah minyak goreng di Sumida-ku, Tokyo dengan cara membuat kupon yang dapat ditukar dengan tanaman untuk ditanam di hutan Prefektur Fukushima. Metode ini dapat dipraktekan untuk mengumpulkan limbah minyak goreng untuk dijadikan bahan bakar bio-diesel yang digunakan pada kegiatan pertanian dan perikanan. 2) "Kupon sayur-sayuran atau beras" dan "Kupon ikan" yang diberikan kepada mereka yang menyetorkan limbah minyak goreng, dengan kupon yang terkumpul dapat ditukarkan dengan sayur-sayuran, beras dan ikan dari koperasi pertanian dan perikanan.

Penggunaan limbah minyak goreng dalam bidang pertanian dan perikanan menghadapi masalah tingginya biaya pengumpulan dan pemurnian. Sehingga perlu bantuan politik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pejabat berwenang yang lain. Di Jepang tidak ada subsidi harga bahan bakar yang diberikan kepada petani dan nelayan. Kebijakan baru untuk memberikan subsidi pada bidang pertanian, kehutanan dan perikanan untuk biaya pengumpulan dan pemurnian limbah minyak diperlukan adanya peraturan pemerintah untuk penurunan emisi CO2 dan perlindungan lingkungan hidup secara global. Perikanan membantu perokonomian regional sehingga pemerintah daerah sangat diharapkan membantu dan mendukung kegiatan pusat pemrosesan perikanan di prefekturnya.

(Sumber: Farming Japan hal 28-30, Vol 42-1, 2008)

http://atanitokyo.blogspot.com/2008/03/daur-ulang-limbah-minyak-goreng-jadi.html